23 Mar 2010

Kierkegaard, Tiga Tahap Eksistensi Manusia

Søren Aabye Kierkegaard (1813-1856) salah seorang filsuf, teolog, dan terkadang ada juga yang menganggapnya psikolog. Hasil pemikiran Kierkegaard menjadi modal yang sangat besar pada awal-awal berkembangnya Analisis Eksistensialis, menurut kierkegaard kebermaknaan hidup adalah ketika kita menghayati kehidupan ini, manusia akan berada diantara tiga tahap eksistensi, dan pilihan manusia sendiri lah yang menentukan pada tahap mana dia akan berada. Ketiga tahap eksistensi itu ialah:

Tahap Estetis
Tahap Estetis, yaitu tahap dimana orientasi hidup manusia sepenuhnya diarahkan untuk mendapatkan kesenangan. Pada tahap ini manusia dikendalikan oleh naluri – naluri seksual, kesenangan yang hedonistik dan biasanya bertindak berdasarkan suasana hati. Cinta dan perkawinan hanya menjadi hambatan. Manusia estetis tidak memiliki pegangan yang pasti, karena hidup hanya berdasar pada trend yang terjadi pada masyarakat pada jamannya. dan hampir tidak dapat menentukan pilihan, karena semakin banyak yang ditawarkan oleh masyarakat. Golongan orang yang termasuk dalam tahap ini adalah orang-orang yang hidupnya didedikasikan untuk mencari kesenangan, mencari materi tanpa memedulikan sumbernya, mencari pemuasan nafsu, dan mencari popularitas. Hanya ada dua alternatif bagi manusia estetis: bunuh diri atau masuk kedalam tingkatan manusia yang lebih tinggi, yakni etis.

Tahap Etis
Tahap Etis, yaitu tahap dimana individu mulai menerima kebajikan – kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan diri. Prinsip kesenangan seksual tidak diproyeksikan langsung tetapi melalui pernikahan. Pernikahan adalah langkah awal perpindahan dari eksistensi estetis ke eksistensi etis. Hidup manusia etis memiliki pedoman hidup serta tidak lagi tergantung pada masyarakat dan jamannya. Ia akan berani mengatakan tidak pada suatu trend jika trend itu tidak sesuai dengan pedoman hidupnya. Ia adalah sosok yang sadar akan peran dan otonomi hidupnya. Pada tahap ini rasio yang lebih condong digunakan.

Tahap Religius
Tahap Religius, pada tahap ini manusia meleburkan diri dalam realitas Tuhan. Lompatan dari tahap etis ke tahap religius lebih sulit daripada tahap estetis ke tahap etis. Ini karena pada tahap ini individu tidak lagi menggunakan akal rasional tetapi lebih kepada keyakinan subyektif. Kesulitan untuk masuk ke tahap ini adalah paradoks tentang Tuhan itu sendiri (misalnya: adakah Tuhan? Atau jika Tuhan itu Mahabaik mengapa ada kejahatan?) dan tidak mungkin ada penjelasan rasional atas paradoks itu semua, hanya berbekal keyakinan seorang individu dapat masuk ke tahap ini.

Masuk dari tahap estetis ke etis dibutuhkan sebuah komitmen untuk menjadi diri sendiri dan dan memiliki pedoman hidup terutama kemampuan untuk membedakan yang baik dan salah, bukan hanya sekedar pengetahuan akan tetapi juga penghayatan dan pengamalan. Sementara naik ke tahap religius sedikit sulit, karena akal rasional yang biasa dipakai pada tahap etis harus dihilangkan dan digantikan kepercayaan pada suatu hal yang bahkan belum pernah di temui. yaitu Tuhan. Pandangan Kierkegaard ini sangat berbau keagamaan karena memang beliau berasal dari teologi, Kierkegaard menganggap bahwa Tuhanlah tujuan eksistensi manusia.

Tautan untuk artikel ini:
http://psipop.blogspot.com/2010/03/kierkegaard-tiga-tahap-eksistensi.html


Disadur dari:
Abidin, Z. (2007). Analisis eksistensial: pendekatan alternatif untuk psikologi dan psikiatri. Jakarta: Raja grafindo persada
Philosophy of Søren Kierkegaard. (e.n.). di Wikipedia. diakses Maret 23, 2010, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy_of_Søren_Kierkegaard
Søren_Kierkegaard. di Stanford Encyclopedia of Philosophy. diakses Maret 23, 2010 dari
http://plato.stanford.edu/entries/kierkegaard/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hak Cipta © 2009-2010 Yusuf Haliim Nelwandi All Right Reserved.
 

PSIPOP - Artikel-artikel Psikologi | Hak Cipta © 2009-2010 Yusuf Haliim Nelwandi | Design By Deluxe Themes | Converted By Technolizard | Widget by Simran | All Right Reserved